PEMANFAATAN BAKTERI Pseudomonas UNTUK BIODEGRADASI AKIBAT PENCEMARAN MINYAK BUMI
PendahuluanPseudomonas. Sp


Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Pseudomonas Sp merupakan bakteri
hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi
lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang
mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa
hidrokarbon.
Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. IA7D
dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan
menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D berpotensi untuk
digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran
hidrokarbon.
Pencemaran minyak bumi
Pencemaran lingkungan oleh
hidrokarbon minyak bumi terus mengalami peningkatan dan telah
menimbulkan dampak yang berarti bagi makhluk hidup. Bioremediasi adalah
salah satu upaya untuk mengurangi polutan tersebut dengan bantuan
organisme. Biodegradasi senyawa hidrokarbon dari minyak bumi ini dapat
dilakukan oleh mikroorganisme, salah satunya adalah bakteri Pseudomonas sp.
Bakteri Pseudomonas sp.
merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai
jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam
upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran minyak bumi. Bahan utama
minyak bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Selain itu,
minyak bumi juga mengandung senyawa nitrogen antara 0-0,5%, belerang
0-6%, dan oksigen 0-3,5%.
Terdapat sedikitnya empat seri
hidrokarbon yang terkandung di dalam minyak bumi, yaitu seri n-paraffin
(n-alkana) yang terdiri atas metana (CH4) sampai aspal yang memiliki
atom karbon (C) lebih dari 25 pada rantainya, seri iso-paraffin
(isoalkana) yang terdapat hanya sedikit dalam minyak bumi, seri neptena
(sikloalkana) yang merupakan komponen kedua terbanyak setelah n-alkana,
dan seri aromatik (benzenoid). Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai
mekanisme kerja bakteri Pseudomonas sp. dalam proses bioremediasi pada pencemaran minyak bumi.
Bakteri pseudomonas yang umum digunakan antara lain : Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas diminuta.
Salah satu factor yang sering membatasi
kemampuan bakteri pseudomonas dalam mendegradasi
senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga
sulit mencapai sel bakteri. Oleh karena itu, untungnya, bakteri
pseudomonas dapat memproduksi biosurfaktan. Kemampuan bakteri
Pseudomonas dalam memproduksi biosurfaktan berkaitan dengan keberadaan
enzim regulatori yang berperan dalam sintesis biosurfaktan. Ada 2 macam
biosurfaktan yang dihasilkan bakteri Pseudomonas :
- Surfaktan dengan berat molekul rendah (seperti glikolipid, soforolipid, trehalosalipid, asam lemak dan fosfolipid) yang terdiri dari molekul hidrofobik dan hidrofilik. Kelompok ini bersifat aktif permukaan, ditandai dengan adanya penurunan tegangan permukaan medium cair.
- Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal dengan bioemulsifier polisakarida amfifatik. Dalam medium cair, bioemulsifier ini mempengaruhi pembentukan emulsi serta kestabilannya dan tidak selalu menunjukkan penurunan tegangan permukaan medium.
Biosurfaktan merupakan komponen
mikroorganisme yang terdiri atas molekul hidrofobik dan hidrofilik, yang
mampu mengikat molekul hidrokarbon tidak larut air dan mampu menurunkan
tegangan permukaan. Selain itu biosurfaktan secara ekstraseluler
menyebabkan emulsifikasi hidrokarbon sehingga mudah untuk didegradasi
oleh bakteri. Biosurfaktan meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak
larut melalui beberapa mekanisme. Dengan adanya biosurfaktan, substrat
yang berupa cairan akan teremulsi dibentuk menjadi misel-misel, dan
menyebarkannya ke permukaan sel bakteri. Substrat yang padat dipecah
oleh biosurfaktan, sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel.
Pelepasan biosurfaktan ini tergantung
dari substrat hidrokarbon yang ada. Ada substrat (misal seperti pada
pelumas) yang menyebabkan biosurfaktan hanya melekat pada permukaan
membran sel, namun tidak diekskresikan ke dalam medium. Namun, ada
beberapa substrat hidrokarbon (misal heksadekan) yang menyebabkan
biosurfaktan juga dilepaskan ke dalam medium. Hal ini terjadi karena
heksadekan menyebabkan sel bakteri lebih bersifat hidrofobik. Oleh
karena itu, senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan sel yang
hidrofobik itu dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas
struktural selnya sehingga melepaskan biosurfaktan untuk membran sel itu
sendiri dan juga melepaskannya ke dalam medium.
Terdapat tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri secara umum yaitu :- Interaksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada kasus ini, umumnya rata-rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika sangat rendah sehingga tidak dapat mendukung.
- Kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini, perlekatan dapat terjadi karena sel bakteri bersifat hidrofobik. Sel mikroba melekat pada permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel dan pengambilan substrat dilakukan dengan difusi atau transpor aktif. Perlekatan ini terjadi karena adanya biosurfaktan pada membrane sel bakteri Pseudomonas.
- Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau tersolubilisasi oleh bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan partikel hidrokarbon yang lebih kecil daripada sel. Hidrokarbon dapat teremulsi dan tersolubilisasi dengan adanya biosurfaktan yang dilepaskan oleh bakteri pseudomonas ke dalam medium.
Mekanisme degradasi hidrokarbon di dalam sel bakteri Pseudomonas
- Hidrokarbon Alifatik
Pseudomonas sp. menggunakan
hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya. Penggunaan hidrokarbon
alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan oksigen). Tanpa
adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi. Langkah pendegradasian
hidrokarbon alifatik jenuh oleh Pseudomonas sp. meliputi
oksidasi molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu
atom oksigen ke dalam hidrokarbon teroksidasi. Reaksi lengkap dalam
proses ini terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Reaksi degradasi hidrokarbon alifatik
- Hidrokarbon Aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai
donor elektron secara aerobik oleh bakteri Pseudomonas. Degradasi
senyawa hidrokarbon aromatik disandikan dalam plasmid atau kromosom oleh
gen xy/E. Gen ini berperan dalam produksi enzim katekol
2,3-dioksigenase. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan
pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara
struktur berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya
didegradasi oleh enzim katekol 2,3-dioksigenase menjadi senyawa yang
dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat,
asetil KoA, dan piruvat. Gambar 2 menunjukkan reaksi perubahan senyawa
benzena menjadi katekol.

Gambar 2. Reaksi degradasi Hidrokarbon aromatic
Langkah Pemanfaatan Pseudomonas dalam bioremediasi
a) informasi dasar tentang pemanfaatan
bakteri pemecah minyak dalam proses bioremediasi sehingga akan menjadi
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya;
b) bakteri pemecah minyak dalam penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan di lapangan dalam proses bioremediasi; dan
c) upaya pengelolaan lingkungan yang tepat untuk mengatasi pencemaran limbah minyak
d) memperoleh jenis bakteri pemecah minyak yang mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon dalam proses bioremediasi;
e) mengetahui pengaruh jenis bakteri, pH,
dan waktu degradasi terhadap pertumbuhan bakteri pemecah minyak dan
proses bioremediasi;
f) membandingkan pertumbuhan bakteri
pemecah minyak dalam mendegradasi tanah terkontaminasi minyak dan tanah
tidak terkontaminasi minyak;
g) mengetahui kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan bakteri; dan
h) mengetahui alternatif penanggulangan pencemaran minyak bumi dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Salah satu factor yang sering membatasi kemampuan bakteri pseudomonas dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga sulit mencapai sel bakteri. Oleh karena itu, untungnya, bakteri pseudomonas dapat memproduksi biosurfaktan. Kemampuan bakteri Pseudomonas dalam memproduksi biosurfaktan berkaitan dengan keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam sintesis biosurfaktan.
BalasHapusBagaimana mekanisme reaksi biosurfaktan sehingga bakteri pseudomonas dapat mendegradasi hidrokarbon dengan baik?
Apa saja yang perlu kita lakukan agar degradasi hidrokarbon dapat terjadi secara maksimal, sehingga polusi akibat minyak bumi dapat diatasi?
Kemampuan sel mikroorganisme untuk melanjutkan pertumbuhannya sampai minyak bumi didegradasi secara sempurna bergantung pada suplai oksigen yang mencukupi dan nitrogen sebagai sumber nutrien. Seorang ilmuwan bernama Dr. D. R. Boone menemukan bahwa nitrogen tetap merupakan nutrien yang paling penting untuk degradasi bahan bakar. Selain itu keaktifan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti temperatur dan pH. Kondisi lingkungan yang tidak sesuai menyebabkan mikroba ini tidak aktif bekerja mendegradasi minyak bumi. Sebagai contoh, penambahan nutrien anorganik seperti fosfor dan nitrogen untuk area tumpahan minyak meningkatkan kecepatan bioremediasi secara signifikan.
BalasHapusmenurut literatur yang saya baca bahwa Degradasi limbah cair berminyak terbaik dapat diperoleh pada perlakuan crude biosurfaktan dan bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan masa inkubasi 24 jam.Kondisi ini dapat terjadi disebabkan karena bakteri pada umur 24 jam memiliki kemampuan lebih besar dalam degradasi limbah,Crude biosurfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan limbah dan memberikan kondisi kepada P. Aeruginosa menjadi lebih mudah memecah ikatan minyak yang komplek menjadi lebih sederhana. Heksan yang digunakan sebagai pelarut kemudian dapat melarutkan minyak hasil degradasi tersebut, sehingga tersisa dalam rotavapor setelah penguapan. Pada perlakuan tanpa crude biosurfaktan, P. Aeruginosa dengan masa inkubasi 24 jam tidak dapat secara efektif mendegradasi minyak pada limbah karena bakteri tersebut tidak mempunyai jumlah biosurfaktan yang cukup. Pada crude biosurfaktan, bakterinya telah mensistesis biosurfaktan yang akan keluar dan bercampur dengan media.
BalasHapusBiosurfaktan merupakan komponen mikroorganisme yang terdiri atas molekul hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu mengikat molekul hidrokarbon tidak larut air dan mampu menurunkan tegangan permukaan. Selain itu biosurfaktan secara ekstraseluler menyebabkan emulsifikasi hidrokarbon sehingga mudah untuk didegradasi oleh bakteri. Biosurfaktan meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak larut melalui beberapa mekanisme. Dengan adanya biosurfaktan, substrat yang berupa cairan akan teremulsi dibentuk menjadi misel-misel, dan menyebarkannya ke permukaan sel bakteri. Substrat yang padat dipecah oleh biosurfaktan, sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel.
BalasHapusPelepasan biosurfaktan ini tergantung dari substrat hidrokarbon yang ada. Ada substrat (misal seperti pada pelumas) yang menyebabkan biosurfaktan hanya melekat pada permukaan membran sel, namun tidak diekskresikan ke dalam medium. Namun, ada beberapa substrat hidrokarbon (misal heksadekan) yang menyebabkan biosurfaktan juga dilepaskan ke dalam medium. Hal ini terjadi karena heksadekan menyebabkan sel bakteri lebih bersifat hidrofobik. Oleh karena itu, senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan sel yang hidrofobik itu dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas struktural selnya sehingga melepaskan biosurfaktan untuk membran sel itu sendiri dan juga melepaskannya ke dalam medium.